Laman

Sabtu, 29 September 2012


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


II.1      Enkripsi
II.1.1   Pengertian Enkripsi
Enkripsi adalah sebuah proses yang melakukan perubahan sebuah kode dari yang bisa dimengerti menjadi sebuah kode yang tidak bisa dimengerti (tidak terbaca). Enkripsi dapat diartikan sebagai kode atau chiper. Sebuah sistem pengkodean menggunakan suatu table atau kamus yang telah didefinisikan untuk menggantikan kata dari informasi atau yang merupakan bagian dari informasi yang dikirim. (Dian Wirdasari; 2008: 174)

II.2.     Gambar
II.2.1. Defenisi Gambar/Citra
            Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan atau imitasi dari sebuah objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekamam data dapat bersifat optik berupa foto, bersifat analog berupa sinyal-sinyal video seperti gambar pada monitor televisi, atau bersifat digital yang dapat langsung disimpan pada suatu media penyimpan. (T.Sutoyo, dkk ; 2009 : 9).
II.2.1.1. Defenisi Citra Analog
            Citra analog adalah citra yang bersifat kontinu, seperti gambar pada minitor televisi, foto sinar x, foto yang tecetak dikertas foto, lukisan, pemandangan alam, hasil CT scan, gambar-gambar yang terekam pada pita kaset, dan lain sebagainya. Citra analog tidak dapat direpresentasikan dalam komputer sehingga tidak bisa diproses dikomputer secara langsung. Oleh sebab itu, agar citra dapat diproses dikomputer, proses konversi analog ke digital harus dilakukan terlebih dahulu.
II.2.1.2. Defenisi Citra Digital
         f (0,0)                 f (0,1)               ...         f (0,M-1)
         f (1,0)                   ...                   ...         f(1,M-1)
f (x,y) =           ...                      ...                   ...             ...
  f (N-1,0)             f (N-1,1)              ...      f (N-1,M-1)
            Citra digital adalah citra yang dapat diolah oleh komputer. Yang menghasilkan keluaran sebuah sistem perekaman data. Sebuah citra digital dapat mewakili oleh sebuah matriks yang terdiri dari M kolom N baris, dimana perpotongan antara kolom dan baris disebut pixel ( pixel = picture element), yaitu elemen terkecil dari sebuah citra. pixel mempunyai dua parameter, yaitu koordinat dan intensitas atau warna. Nilai yang terdapat pada koordinat (x,y) adalah f(x,y), yaitu besar intensitas atau warna dari pixel di titik itu.Oleh sebab itu, sebuah citra digital dapat ditulis dalam bentuk matriks berikut.


(Sumber : T. Sutoyo, dkk; 2009 : 20)
            Berdasarkan matriks tersebut, secara matematis citra digital dapat dituliskan sebagai fungsi intensitas f (x,y), dimana harga x (baris) dan y (kolom) merupakan koordinat posisi dan f(x,y) adalah nilai fungsi pada setiap titik (x,y) yang menyatakan besar intensitas citra atau tingkat keabuan atau warna dari pixel di titik tersebut. Pada proses digitalisasi (sampling dan kuantitas) diperoleh besar baris M dan kolom N hingga citra membentuk matriks M x N dan jumlah tingkat keabuan pixel G (T. Sutoyo, dkk; 2009 : 20).
Pengolahan citra digital adalah sebuah disiplin ilmu yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan perbaikan kualitas gambar (peningkatan kontras, transformasi warna, restorasi citra), transformasi gambar (rotasi, translasi, skala, transformasi geometrik), melakukan pemilihan citra ciri (feature images) yang optimal untuk tujuan analisis, melakukan proses penarikan informasi atau deskripsi objek atau pengenalan objek yang terkandung pada citra, melakukan kompresi atau reduksi data untuk tujuan penyimpanan data, transmisi data, dan waktu proses data. Input dari pengoalahan citra adalah citra, sedangkan outputnya adalah citra hasil pengolahan (T. Sutoyo, dkk; 2009: 5).
II.2.2. Format File Citra
            Ada dua jenis format file citra yang sering digunakan dalam pengolahan citra, yaitu citra bitmap dan citra vektor.
II.2.2.1. Format File Citra Bitmap
            Citra bitmap sering disebut juga dengan citra raster. Citra bitmap menyimpan data kode citra secara digital dan lengkap (cara menyimpannya adalah per pixel). Citra bitmap dipresentasikan dalam bentuk matriks atau dipetakan dengan menggunakan bilangan biner atau sistem bilangan lain. Citra ini memiliki kelebihan untuk memanipulasi warna, tetapi untuk mengubah objek lebih sulit. Tampilan bitmap mampu menunjukkan kehalusan gradiasi bayangan dan warna dari sebuah gambar. Oleh karena itu, bitmap merupakan media elektronik yang paling tepat untuk gambar-gambar dengan perpaduan gradiasi warna yang rumit, seperti foto dan lukisan digital. Citra bitmap biasanya diperoleh dengan cara scanner, camera digital, video, capture, dan lain-lain.
II.2.2.2. Format File Citra Vektor
            Citra vektor dihasilkan dari perhitungan matematis dan tidak berdasarkan pixel, yaitu data tersimpan dalam bentuk vektor posisi, dimana yang tersimpan hanya informasi vektor posisi dengan bentuk sebuah fungsi. Pada citra vektor, mengubah warna lebih sulit dilakukan, tetapi membentuk objek dengan cara mengubah nilai lebih mudah. Oleh karena itu, bila citra diperbesar atau diperkecil, kualitas citra relatif tetap baik dan tidak berubah. Citra vektor biasanya dibuat menggunakan aplikasi-aplikasi citra vektor, seperti corelDraw, adobe Illustrator, macromedia Freehand, Autocad, dan lain-lain.
II.2.3. Jenis-jenis Citra Digital
            Beberapa jenis citra digital yang sering digunakan adalah citra biner, citra grayscale, dan citra warna.
II.2.3.1. Citra Biner (Monokrom)
1
0
Banyaknya warna  2, yaitu hitam dan putih. Dibutuhkan 1 bit di memori untuk menyimpan kedua warna ini.

bit 0 = warna hitam
bit 1 = warna putih


II.2.3.2. Citra grayscale (skala keabuan)
            Banyaknya warna tergantung pada jumlah bit yang disediakan di memori untuk menampung kebutuhan warna ini.

3
2
1
0
Citra 2 bit mewakili 4 warna dengan gradiasi warna berikut :

7
6
5
4
3
2
1
0
Citra 3 bit mewakili 8 warna dengan gradiasi warna berikut :

            Semakin besar jumlah bit warna yang disediakan di memori, semakin halus gradiasi warna yang terbentuk.
II.2.3.3. Citra Warna (True color)
            Setiap pixel pada citra warna mewakili warna yang merupakan kombinasi dari tiga warna dasar (RGB = Red Green Blue). Setiap warna dasar menggunakan penyimpanan 8 bit = 1 byte, yang berarti setiap warna mempunyai gradiasi sebanyak 255 warna. Berarti setiap pixel mempunyai kombinasi warna sebanyak 28.28.28 = 224 = 16 juta warna lebih. Itulah sebabnya format ini dinamakan true color karena mempunyai jumlah warna yang cukup besar sehingga bisa dikatakan hampir mencakup semua warna di alam.
Penyimpanan citra true color didalam memori berbeda dengan citra grayscale. Setiap pixel dari citra grayscale 256 gradiasi warna diwakili oleh 1 byte. Sedangkan 1 pixel citra true color diwakili oleh 3 byte, dimana masing-masing byte merepresentasikan warna merah (Red), hijau (Green), dan biru (Blue). Seperti ditunjukkan pada gambar II.I. dibawah ini :
Citra warna
Gambar II.1. Contoh penyimpanan citra warna dalam memori
Sumber : Andi, 2009, 23.
R=50
G=65
B=50
R=80
G=45
B=50
R=80
G=40
B=30
R=60
G=55
B=50
R=40
G=45
B=70
R=40
G=45
B=60
R=20
G=65
B=70
R=50
G=35
B=56
R=30
G=60
B=70
R=90
G=55
B=40
R=50
G=95
B=90
R=50
G=95
B=50
R=50
G=90
B=30
R=30
G=45
B=70
R=30
G=65
B=70
R=80
G=85
B=50
R=50
G=35
B=90
R=20
G=65
B=20
R=50
G=60
B=70
R=50
G=55
B=30
R=70
G=75
B=50
R=70
G=55
B=50
R=50
G=65
B=70
R=40
G=95
B=50
R=50
G=65
B=80
Penyimpanan dalam memori
 










II.2.4. Elemen-Elemen Citra Digital
            Berikut adalah elemen-elemen yang terdapat pada citra digital :
1.        Kecerahan (Brightness)
       Kecerahan (Brightness) merupakan intensitas cahaya yang dipancarkan pixel dari citra yang dapat ditangkap oleh sistem penglihatan. Kecerahan pada sebuah titik (pixel) di dalam citra merupakan intensitas rata-rata dari suatu area yang melingkupi.
2.        Kontras (Contrast)
       Kontras (Contrast) menyatakan sebaran terang dan gelap dalam sebuah citra. Pada citra yang baik, komposisi gelap dan terang secara merata.

3.        Kontur (Contour)
       Kontur (Contour) adalah keadaan yang ditimbulkan oleh perubahan intensitas pada pixel-pixel yang bertetangga. Karena adanya perubahan intensitas inilah mata mampu mendeteksi tepi-tepi objek di dalam citra.
4.        Warna
       Warna sebagai persepsi yang ditangkap sistem visual terhadap panjang gelombang cahaya yang dipantulkan oleh objek.
5.        Bentuk (Shape)
       Bentuk (Shape) adalah properti intrinsik dari objek 3 dimensi, dengan pengertian bahwa bentuk merupakan properti intrinsik utama untuk sistem visual manusia.
6.        Tekstur (Texture)
       Tekstur (Texture) dicirikan sebagai distribusi spasial dari derajat keabuan di dalam sekumpulan pixel-pixel yang bertetangga. Tekstur adalah sifat-sifat atau karakteristik yang dimiliki oleh suatu daerah tersebut. Tekstur adalah keteraturan pola-pola tertentu yang terbentuk dari susunan pixel-pixel dalam citra digital. (T. Sutoyo, dkk; 2009: 24).

II.3.   Algoritma
II.3.1. Algoritma Kriptografi
            Algoritma ditinjau dari asal usul kata, kata algoritma mempunyai sejarah yang menarik, kata ini muncul didalam kamus Webster sampai akhir tahun 1957 hanya menemukan kata algorism yang mempunyai arti proses perhitungan dengan bahasa Arab. Algoritma berasal dari nama penulis buku Arab yang terkenal yaitu Abu Ja’far Muhammad ibnu Musa al-khuwarizmi (al-Khuwarizmi dibaca oleh orang barat menjadi algorism). Kata algorism lambat laun berubah menjadi algorithm. (Dony ariyus; 2006: 13).
            Defenisi terminologinya algoritma adalah urutan langkah-langkah logis untuk penyelesaian masalah yang disusun secara sistematis. Algoritma kriptografi merupakan langkah- langkah logis bagaimana menyembunyikan pesan dari orang-orang yang tidak berhak atas pesan tersebut (Dony ariyus; 2006: 13).
Algoritma kriptografi terdiri dari tiga fungsi dasar yaitu :
1.        Algoritma Enkripsi : Enkripsi merupakan hal yang sangat penting dalam kriptografi yang merupakan pengamanan data yang dikirimkan terjaga kerahasiannya. Pesan asli disebut plainteks yang dirubah menjadi kode-kode yang tidak dimengerti. Enkripsi bisa diartikan dengan cipher atau kode. Sama halnya dengan kita tidak mengerti akan sebuah kata, maka kita akan melihatnya didalam kamus atau daftar istilah-istilah. Beda halnya dengan enkripsi, untuk merubah plainteks ke bentuk cipherteks kita menggunakan algoritma yang dapat mengkodekan data yang kita inginkan.
2.        Algoritma Dekripsi : dekripsi merupakan kebalikan dari enkripsi, pesan yang telah dienkripsi dikembalikan kebentuk asalnya (Plainteks) disebut dengan dekripsi pesan. Algoritma yang digunakan untuk dekripsi tentu berbeda dengan yang digunakan untuk enkripsi.
3.        Kunci : kunci yang dimaksud disini adalah kunci yang dipakai untuk melakukan enkripsi dan dekripsi, kunci terbagi jadi dua bagian kunci pribadi (private key) dan kunci umum (public key).

II.1.3. Tujuan Kriptografi
Dari paparan awal dapat dirangkumkan bahwa kriptografi bertujuan untuk memberi layanan keamanan. Yang dinamakan aspek-aspek keamanan sebagai berikut : (Dony Ariyus; 2006: 8).
1.    Authentication
       Adalah layanan yang ditujukan untuk menjaga agar penerima informasi dapat memastikan keasslian pesan, bahwa pesan itu datang dar orang yang dimintai informasi. Dengan kata lain, informasi itu benar-benar datang dari orang yang dikehendaki.
2.    Integrity
       Keaslian pesan yang dikirim melalui jaringan dan dapat dipastikan bahwa informasi yang dikirim tidak dimodifikasi oleh orang yang tidak berhak dalam perjalanan informasi tersebut.
3.    Non-repudiation
       Merupakan hal yang berhubungan dengan si pengirim. Pengirim tidak dapat mengelak bahwa dialah yang mengirim informasi tersebut.
4.        Authority
       Adalah layanan agar informasi yang berada pada sistem jaringan tidak dapat dimodifikasi oleh pihak yang tidak berhak untuk mengaksesnya.
5.        Confidentiality
       Adalah layanan yang merupakan usaha untuk menjaga informasi dari orang yang tidak berhak mengakses. Kerahasiaan ini biasanya berhubungan dengan informasi yang diberikan ke pihak lain.
6.        Privacy
       Adalah layanan yang lebih ke arah data-data yang bersifat pribadi.
7.        Availability
       Adalah layanan yang merupakan aspek availabilitas berhubungan dengan ketersedianan informasi ketika dibutuhkan. Sistem informasi yang diserang atau dijebol dapat menghambat atau meniadakan akses ke informasi.
8.        Access Control
       Adalah layanan merupakan aspek yang berhubungan dengan cara pengaturan akses ke informasi. Hal ini biasanya berhubungan dengan masalah otentifikasi dan privasi. Kontrol akses seringkali dilakukan dengan menggunakan kombinasi user id dan password ataupun dengan mekanisme lain.
II.3. 2. Macam-macam Algoritma kriptografi
II.3.2.1. Algoritma Simetri
                        Algoritma ini juga sering disebut dengan algoritma klasik, karena memakai kunci yang sama untuk melakukan enkripsi dan dekripsinya. Algoritma ini sudah ada lebih dari 4000 tahun yang lalu. Mengirim pesan dengan menggunakan algoritma ini, sipenerima pesan harus diberitahu kunci dari pesan tersebut agar dapat mendekripsi pesan yang dikirim. Keamanan dari pesan yang menggunakan algoritma ini tergantung pada kunci, jika kunci tersebut diketahui oleh orang lain maka, orang tersebut dapat melakukan enkripsi dan dekripsi terhadap pesan tersebut. Sandi vigenere adalah sandi yang menggunakan algoritma simetri. Karena sandi vigenere meggunakan kata kunci yang sama untuk kunci private dan kunci publik nya. (Dony Ariyus; 2006: 14).
II.3.2.2. Algoritma Asimetri
            Algoritma asimetri sering juga disebut dengan algoritma kunci publik, dengan arti kata kunci yang digunakan untuk melakukan enkripsi dan dekripsinya berbeda. Pada algoritma asimetri kunci dibagi menjadi dua bagian :
a.         Kunci umun (public key) adalah kunci yang boleh semua orang tahu (dipublikasikan)
b.        Kunci pribadi (private key) adalah kunci yang dirahasiakan (hanya boleh diketahui oleh satu orang).
                        Kunci-kunci tersebut saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Dengan kunci publik orang dapat mengenkripsi pesan tapi tidak bisa mendekripsiknya, hanya orang yang memiliki kunci pribadi yang dapat mendekripsi pesan tersebut. Algoritma asimetri dapat melakukan pengiriman pesan yang lebih aman dari pada algoritma simetri. (Dony Ariyus; 2006: 15).
II.3.2.3. Hash Function
            Fungsi hash sering disebut dengan fungsi hash satu arah (one-way function), message digest, fingerprint, fungsi kompresi dan message authentication code (MAC), hal ini merupakan suatu fungsi matematika yang mengambil input panjang variabel dan mengubahnya kedalam urutan biner dengan panjang yang tetap. Fungsi hash biasanya diperlukan bila ingin membuat sidik jari (digital signature) dari suatu pesan. Sidik jari pada pesan merupakan suatu tanda yang menandakan bahwa pesan tersebut benar-benar dari orang yang diinginkan. (Dony Ariyus; 2006: 15).
II.3.3. Algoritma Kriptografi Klasik
            Kriptografi klasik merupakan suatu algoritma yang menggunakan satu kunci untuk mengamankan data, teknik ini sudah digunakan beberapa abad yang lalu. Pada dasarnya, algoritma kriptografi klasik dapat dikelompokkan ke dalam dua macam cipher, yaitu : (Dony Ariyus; 2006: 16).
1.    Cipher substitusi (substitution cipher)
            Di dalam cipher substitusi setiap unit plainteks diganti dengan satu unit cipherteks. Satu “unit” di isini berarti satu huruf, pasanga huruf, atau dikelompokkan lebih dari dua huruf. Algoritma substitusi tertua yang diketahui adalah Caesar cipher yang digunakan oleh kaisar romawi , Julius Caesar (sehingga dinamakan juga caesar cipher), untuk mengirimakan pesan yang dikirimkan kepada gubernurnya.
2.    Cipher transposisi (transposition cipher)
            Pada cipher transposisi, huruf-huruf di dalam plainteks tetap saja, hanya saja urutannya diubah. Dengan kata lain algoritma ini melakukan transpose terhadap rangkaian karakter di dalam teks. Nama lain untuk metode ini adalah permutasi atau pengacakan (scrambling) karena transpose setiap karakter di dalam teks sama dengan mempermutasikan karakter-karkater tersebut.



II.4. Tranposisi
II.4.1. Pengertian Transposisi
Cipher transposisi adalah suatu algoritma enkripsi yang melakukan enkripsi dengan mengubah urutan dari plainteks. Transposisi adalah pada dasarnya membuat ciphertext dengan menggantikan posisi objek-objek plaintext tanpa menggantikan objek plaintext tersebut, jadi pada proses transposisi tidak diperlukan karakter lain. (Sumber: Aji Supriyanto dan Eka Ardhianto, 2008, hal:90)
II.4.2. Enkripsi Teknik Substitusi
Substitusi adalah penggantian setiap karakter plaintext dengan karakter lain. Dengan kata lain teknik substitusi adalah salah satu teknik enkripsi simetris yang mana dilakukan penggantian setiap objek plaintext dengan objek lain, teknik ini menerapkan konsep korenspondensi satu-satu untuk tiap objek plaintext yang disandikan. Objek yang akan disubstitusikan dalam pembuatan skripsi ini adalah pixel. Adapun langkah-langkahnya dapat diilustrasikan sebagai berikut:
1.      Nilai pixel-pixel dari gambar dimasukkan kedalam sebuah matrik dengan ordo sama dengan ukuran gambar.
 






Gambar II.2. Matrik susunan pixel gambar
(Sumber: Aji Supriyanto dan Eka Ardhianto, 2008, hal:90)

2.      Dari matrik gambar II.2. dilakukan pembacaan secara spiral dimulai dari sudut kiri atas ke arah kanan, ke bawah, ke kiri, ke atas hingga berakhir di pusat matrik sehingga menghasilkan gambar II.3. Penggunaan metode pembacaan spiral merupakan penggabungan dua metode pembacaan secara horisontal dan vertikal, dan penggunaan metode pembacaan secara spiral akan menghasilkan bentuk untaian pixel gambar yang lebih rumit dibaca dari pada menggunakan metode pembacaan secara horisontal ataupun vertikal saja.
 




Gambar II.3. Pembacaan matrik secara spiral
(Sumber: Aji Supriyanto dan Eka Ardhianto, 2008, hal:90)

3.      Dari hasil pembacaan matrik gambar II.3 dihasilkan sebuah untaian pixel seperti padagambar II.4.









Gambar II.4. Susunan untaian pixel hasil pembacaan spiral
(Sumber: Aji Supriyanto dan Eka Ardhianto, 2008, hal:90)

4.      Dari untaian gambar II.4, dilakukan proses substitusi posisi pixel secara urut dengan konsep korespondensi satu-satu. Posisi pixel pertama digantikan dengan posisi pixel terakhir, sehingga didapat hasil untaian baru seperti pada gambar II.5.


 


Gambar II.5. Susunan untaian pixel setelah dilakukan substitusi.
(Sumber: Aji Supriyanto dan Eka Ardhianto, 2008, hal:90)

II.4.3. Enkripsi Teknik Transposisi
Pada teknik transposisi ini pembacaan matrik dilakukan dengan cara pembacaan kolom per kolom sesuai dengan kunci yang digunakan. Adapun langkah-langkahnya dapat diilustrasikan seperti berikut :
1.      Susunan pixel hasil substitusi merupakan plaintext pada proses transposisi.





Gambar II.6 : Hasil Subtitusi dijadikan sebagai plaintext proses transposisi
(Sumber: Aji Supriyanto dan Eka Ardhianto, 2008, hal:90)

2.      Untai dari matrik plaintext (gambar II.6) tersebut dimasukkan ke dalam matrik dengan ordo n dikali x, dengan n adalah panjang kunci yang digunakan dan x adalah jumlah pixel dibagi panjang kunci. Ilustrasinya terdapat pada gambar II.7.






Gambar II.7. Matrik susunan awal proses transposisi
(Sumber: Aji Supriyanto dan Eka Ardhianto, 2008, hal:90)
3.      Dari matrik gambar II.7, dilakukan pembuatan untaian ciphertext dengan pembacaan kolom per kolom sesuai dengan urutan abjad kunci yang telah diurutkan. Ilustrasinya pada gambar II.8.




Gambar II.7. Aturan pembacaan matrik transposisi
(Sumber: Aji Supriyanto dan Eka Ardhianto, 2008, hal:90)

4.      Kemudian matrik gambar II.8 dilakukan pembacaan kolom dimulai dari huruf “A” pada urutan ke-1, huruf “D” pada urutan ke- 2 dan seterusnya hingga huruf “W” pada urutan terakhir. Maka didapatkan bentuk untai seperti pada gambar II.9.





Gambar II.9. Untaian hasil pembacaan kolom
(Sumber: Aji Supriyanto dan Eka Ardhianto, 2008, hal:90)

5.      Nilai pixel yang didapat dari untaian transposisi (gambar II.9) kemudian dimasukkan kembali ke dalam matrik baru sesuai dengan ordo ukuran gambar. Bentuk hasil akhirnya adalah pada gambar II.10.

 




Gambar II.10. Matrik hasil proses transposisi
(Sumber : Aji Supriyanto dan Eka Ardhianto, 2008, hal:90)

II.5.     Pemrograman Visual Basic
II.5.1. Visual basic 2008
            Visual basic merupakan salah satu bahasa pemrograman yang andal dan banyak digunakan oleh pengembang untuk membangun berbagai macam aplikasi windows. Visual basic 2008 atau visual basic 9 merupakan aplikasi pemrograman yang menggunakan teknologi .NET Framework. Teknologi .NET Framework merupakan komponen windows yang terintegrasi serta mendukung pembuatan, penggunaan aplikasi, dan halaman web. Teknologi .NET Framework mempunyai 2 komponen utama, yaitu CLR (Common Language Runtime) dan class library. CLR digunakan untuk menjalankan aplikasi yang berbasis .NET, sedangkan Library adalah kelas pustaka atau perintah yang digunakan untuk membangun aplikasi. (Wahana Komputer; 2010: 2).

II.5.2. Sistem Visual basic 2008
            Sebelum menginstal visual basic 2008, komputer harus memenuhi beberapa persyaratan agar visual basic 2008 dapat dijalankan dengan baik. Adapun, persyaratan (system requirments) yang harus dipenuhi dapat dilihat pada tabel II.1. berikut :
Tabel II.1. Sistem Requirements Visual Basic 2008

Sistem
Syarat minimal
Syarat yang direkomendasikan
Arsitektur
x86 dan x64

Sistem Operasi
Microsoft Windows XP Service pack 2
Microsoft Windows Server 2003
Windows Vista

Prosesor
CPU 1.6 GHz (Giga Hertz)
Windows XP dan Windows Server 2003: CPU 2,2 GHz atau yang lebih tinggi.
Windows Vista: CPU 2,4 GHz.
RAM
Windows XP dan Windows Server 2003 384 MB (Mega Byte)
Windows Vista: 768 MB.
RAM 10 24 MB/1GB atau yang lebih besar.
Harddisk
Tanpa MSDN R
Ruang kosong harddisk pada drive penginstalan 2 GB.
Sisa ruang harddisk kosong 1 GB.
Kecepatan harddisk 7200 RPM atau yang lebih tinggi.

Tanpa MSDN R
Ruang kosong harddisk pada drive penginstalan 3,8 GB (MSDN diinstal full).
2,8 GB untuk menginstal MSDN default.
Kecepatan harddisk 5400 RPM.

Display Layar
1024x768 display
1280x1024 display

(Sumber : Andi, 2010, 2.)


II.5.3. Mengenal Area Kerja Visual basic 2008
            Setelah berhasil menginstal visual studio 2008 yang didalamnya terdapat visual basic 2008, maka selanjutnya adalah mencoba menjalankan dan mengenal lingkungan kerja visual basic 2008. Lingkungan kerja visual basic atau disebut Integrated Development  Environment (IDE) adalah suatu lingkungan kerja tempat programmer melakukan pemrograman yang didukung oleh compiler, editor baik editor grafis maupun kode, dan lain sebagainya untuk memudahkan pemrograman.
II.5.3.1. Membuka IDE Visual basic 2008
                        Langkah membuka lingkungan kerja visual basic 2008 sebagai berikut :
1.        Ikuti salah satu cara berikut untuk membuka IDE visual basic :
a.     Klik ganda shortcut visual basic 2008 pada desktop.
Gambar II.7. Ikon shortcut pada (Sumber : Andi, 2010, 4.)
 




b.    Melalui menu start > Microsoft Visual Studio 2008 > Microsoft Visual Studio 2008.
Gambar II.8. Membuka visual studio 2008 melalui menu start

(Sumber : Andi, 2010, 4.)

2.        Pada saat pertama kali menjalankan visual basic 2008, akan muncul kotak dinformasi proses setting IDE visual basic 2008. Setelah proses setting selesai, kotak splash screen sesuai dengan gambar II.9. akan muncul :
Gambar II.9. Splash screen visual studio 2008
(Sumber : Andi, 2010, 4.)

3.        Setelah itu, akan terbuka lingkungan kerja atau IDE dari visual basic 2008 yang ditunjukkan pada gambar II.10. berikut :
Gambar II.10.Tampilan area kerja visual basic 2008 saat pertama kali dijalankan
(Sumber : Andi, 2010, 5.)

 




4.      Untuk membuat sebuah project baru menggunakan Visual Studio .NET 2008, klik menu File | New | Project.
 






Gambar II.11. Menu New Project
(Sumber : Andi, 2010, 5.)
5.      Setelah itu akan muncul kotak dialog New Project. Pada kotak dialog New Project terdapat beberapa pilihan tool untuk pengembangan aplikasi, seperti  Visual Basic, Visual C# dan Visual C++. Pilih Visual Basic kemudian pilih Windows Form Application. Beri nama project yang akan dibuat pada bagian Name dan direktori tempat menyimpan project pada bagian Location.
 







Gambar II.12. Kotak Dialog New Project
(Sumber : Andi, 2010, 5.)



6.      Selanjutnya muncul Visual Basic IDE tempat untuk membangun aplikasi Visual Basic .NET 2008.












Gambar II.13. IDE Visual Studio .NET 2008
(Sumber : Andi, 2010, 5.)

Pada project Visual Basic untuk Windows Application secara default telah terdapat sebuah form. Form tersebut bernama Form1. Pada form inilah tempat untuk meletakkan kontrol-kontrol atau komponen-komponen untuk membuat sebuah aplikasi windows. Form dan kontrol-kontrol dari program aplikasi inilah yang biasanya disebut dengan GUI (Graphical User Interface) atau antar muka dari program. Jadi user akan berinteraksi dengan sebuah program aplikasi melalui GUI. Pada IDE Visual Basic .NET 2008 terdapat Menu, Toolbar, Toolbox, Server Explorer, Solution Explorer dan Properties Window.

7.      Toolbox adalah tempat dimana kontrol-kontrol dan komponen-komponen diletakkan. Kontrol dan komponen yang terdapat pada toolbox dipakai dalam pembuatan program aplikasi. Untuk membuat objek kontrol dan komponen pada form program aplikasi diambil dari kontrol-kontrol yang ada pada toolbox. Untuk menampilkan windows toolbox, klik pada tombol toolbox yang terdapat pada toolbar.
 






Gambar II.14 Toolbox
(Sumber : Andi, 2010, 5.)